Jalin Kerja sama, Ilmu Politik Unud Laksanakan Kuliah Umum bersama dengan ICRS UGM

`

Dalam rangka membangun kerja sama, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana menyambut kedatangan ICRS UGM, yang sekaligus hadir menjadi pemateri dalam kegiatan Kuliah Umum Ilmu Politik Udayana yang dilaksanakan di Aula Gedung FISIP Universitas Udayana. (10/05/2023)

Sebagai Lembaga yang berfokus pada studi keagamaan di Indonesia, ICRS (Indonesian Consortium for Religious Studies) tentu menjadi penting untuk memperkuat hubungan kerja sama antar lembaga guna meningkatkan studi keagamaan yang berkaitan dengan keilmuan sosial. ICRS sendiri merupakan gabungan dari tiga universitas, yaitu Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (UIN), dan Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW). Kedatangan ICRS ke FISIP Udayana disambut langsung oleh Dekan FISIP Dr. Drs. I Nengah Punia, M. Si. dan Wakil Dekan 3 Dr. I Made Anom Wiranata, M.A., S.IP., berserta jajaran. Dari pihak ICRS turut hadir yaitu Dr. Dicky Sofjan, selaku Core Doctoral Faculty, Dr. Leonard Epafras, selaku Core Doctoral Faculty, Dr. Michael Quinlan selaku Visiting Lecture, Hendrikus Paulus Kaunang, M.A., selaku Academic Coordinator, Ida Fitri Astuti, M.A., selaku Program Manajer dan Les Redfern selaku Direktur IIAP.

Acara penjajakan tersbut, kemudian dilanjutkan dengan Kuliah Umum yang bertajuk Religious Literacy, yang dibawakan oleh Dr. Dicky Sofjan Bersama dengan rekan-rekan ICRS. Tema tersebut diusung, mengingat bahwa isu politik dan agama yang sedang marak terjadi di Indonesia. Sehingga, menjadi penting untuk memiliki dan memahami literasi agama, yang merupakan suatu kemampuan untuk melihat dan menganalisis jalinan yang mendasar antara agama dengan kehidupan sosial, politik dan budaya melalui berbagai perspektif.

Dalam penjabarannya, Dr. Dicky Sofjan menjelaskan bahwa terkadang banyak orang yang masih keliru dalam memaknai belajar tentang agama, bukan belajar agama. Banyak orang pula yang belajar agama namun tidak mengerti tentang agama itu sendiri. Ini menjadi salah satu tantangan tersendiri di era modern ini, di mana sangat mudah orang mencari tahu sesuatu tentang agama secara pragmatif, namun lupa melihat siapa dan apa dari yang mereka dapat.

Namun demikian, Dr. Leo menambahkan, “penguasaan terhadap teks-teks keagamaan tersebut tidak menjamin juga seorang literat terhadap agama. Literasi agama bukan hanya tentang kemampuan membaca dalam arti keterampilan ‘mengeja’ teks-teks agama. Namun literasi agama adalah perpaduan kemampuan membaca teks agama, menyeleksi informasi dan pengetahuan dalam teks-teks agama tersebut, melihat dan menganalisis dalam jalinan konteks yang beragam, untuk selanjutnya digunakan dalam kehidupan beragama seseorang”.

Mahasiswa Ilmu Politik dan Ilmu Komunikasi yang turut hadir sebagai peserta dalam kegiatan tersebut, antusias dalam menyimak materi yang diberikan. Tidak sedikit dari para peserta yang berpartisipasi untuk memberikan pertanyaan berkaitan dengan tema kuliah umum kali ini dan sejumlah fenomena yang relevan. Salah satu petikan yang membekas dalam benak salah satu mahasiswa penanya dari kuliah umum kali ini adalah “Bukan belajar agama, tapi belajar tentang agama”.

Kuliah ini pun memberikan gambaran bahwa Literasi agama bukan hanya dimaknai sebagai mengetahui sebuah ajaran agama tertentu. Bukan pula hanya mampu dapat membaca teks-teks keagamaan-baik sakral maupun profan-tertentu. Bukan pula hanya mampu dapat membaca teks-teks keagamaan-baik sakral maupun profan-tertentu. Diharapkan melalui kuliah umum kali ini, tidak hanya memberikan pemahaman baru saja, tapi juga menarik minat mahasiswa terhadap studi keagamaan.

Penulis:
Ni Wayan Radita Novi Puspitasari,S.S.,M.A.,M.Phil.
Ritaro Hari Wangsa